VIRUS CINTA - Warna
Masjid ini terlihat mencolok dibanding bangunan lain yang ada di sekitarnya.
Itulah Masjid Raya Sultan Riau. Atau lebih populer dengan nama Masjid
Penyengat.
Terletak
di Pulau Penyengat. Sebuah nama yang mungkin masih terdengar asing di telinga.
Wajar saja, karena Pulau Penyengat ini hanyalah sebuah pulau kecil seluas 2
km², dan merupakan satu dari ribuan pulau yang tersebar di wilayah Kepulauan
Riau. Berjarak sekitar 6 km dari Tanjungpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan
Riau.
Masjid
Raya Sultan Riau adalah salah satu bangunan yang tidak boleh dilewatkan saat
berkunjung ke Pulau Penyengat. Masjid berwarna kuning yang khas ini menjadi
salah satu bangunan istimewa di Pulau Penyengat. Keistimewaan itu terlatak pada
bahan yang digunakan untuk membangun masjid. Dibangun dengan menggunakan
campuran putih telur untuk memperkuat dinding kubah, menara dan bagian lainnya.
Sedangkan
kuning telurnya dipakai untuk mewarnai dinding dan kubah masjid. Konon,
dibutuhkan telur berkapal-kapal untuk membangun masjid ini.
Berdiri
pada 1 Syawal 1249 Hijriah atau tahun 1832 Masehi, didirikan oleh Raja Abdul
Rahman-Yang Dipertuan Muda VII. Memiliki 17 buah kubah sesuai jumlah rakaat
salat wajib dalam sehari semalam.
Masjid
berukuran 54,4 x 32,2 meter ini memiliki bangunan induk berukuran 29,3 x 19,5
meter yang disangga empat buah tiang. Di halaman masjid terdapat dua buah rumah
sotoh, yang biasa digunakan sebagai tempat singgah bagi para musafir dan
berfungsi juga sebagai tempat musyawarah.
Sayangnya
pengunjung tak diijinkan memotret bagian dalam masjid, padahal banyak yang
menarik di dalam masjid ini. Salah satunya sebuah mushaf Al Quran yang ditulis
tangan oleh Abdurrahman Istambul, seorang putra Riau yang dikirim belajar ke
Turki tahun 1867. Mushaf Al Quran ini diletakkan dalam sebuah kotak kaca.
Selain
mushaf Al Quran, juga terdapat kitab-kitab kuno yang merupakan koleksi dari
perpustakaan yang didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi-Yang Dipeertuan
Muda Riau X.
Ruangan
dalam masjid tidak terlalu luas. Dinding bagian dalam masjid berwarna putih,
terlihat kontras dengan karpet yang berwarna hijau. Mimbarnya terbuat dari kayu
jati dengan ukiran khas Jepara. Di salah satu bagian masjid juga terpasang
lampu kristal yang merupakan hadiah dari Kerajaan Prusia di Jerman.
Berkunjung
ke Pulau Penyengat, selalu saja membuat imajinasi saya berkelana pada kejadian
di awal abad 18 silam. Ketika Sultan Mahmud menikahi Engku Putri Raja Hamidah,
putri dari Raja Haji Fisabilillah-Yang Dipertuan Muda Riau IV. Pulau Penyengat
ini adalah mahar pernikahan mereka. Subhanallah!
Pulau
Penyengat, dengan Masjid Raya Sultan Riau-nya adalah saksi sejarah yang
menggambarkan kebesaran Kerajaan Melayu Riau jaman dahulu. Peninggalan ini
harusnya sama-sama di jaga. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai sejarah bangsanya.
Sumber : surabaya.tribunnews.com
0 Response to "Ternyata Masjid Unik ini Dibangun dari Telur Ayam"
Post a Comment