Kalau mendengar kata API, pasti kita tau bagaimana rasanya api. Ketika saat membakar sampah, memasah, dan lain-lain.
Mendekati saja panasnya luar biasa.. coba bayangkan jika di neraka kelak, astagfirullah....
Simak kisah berikut !!
Ketika Nabi Adam As. masih di surga, beliau bisa dengan mudah
memperoleh makan dan minum tanpa harus bersusah payah. Namun Ketika Nabi Adam
As. diturunkan ke bumi, beliau tidak lagi bisa memperoleh makanan secara mudah
seperti di surga. Beliau harus bekerja keras untuk memperoleh buah-buahan atau
daging untuk dimakan.
Ketika beliau memperoleh binatang buruan dan menyembelihnya,
ternyata tidak bisa langsung dimakan begitu saja karena masih mentah dan
tentunya tidak enak. Karena itu beliau berdoa kepada Allah agar diturunkan api
untuk memasak. Maka Allah Swt. mengutus Malaikat Jibril meminta sedikit api
kepada Malaikat Malik di neraka untuk keperluan Nabi Adam tersebut.
Malaikat Malik berkata: “Wahai Jibril, berapa banyak engkau
menginginkan api?”
Malaikat Jibril berkata: “Aku menginginkan api neraka itu
seukuran buah kurma.”
Malaikat Malik berkata: “Jika aku memberikan api neraka itu
seukuran buah kurma, maka tujuh langit dan seluruh bumi akan hancur meleleh
karena panasnya!”
Malaikat Jibril berkata: “Kalau begitu berikan saja kepadaku
separuh buah kurma saja.”
Malaikat Malik berkata lagi: “Jika aku memberikan seperti apa
yang engkau inginkan, maka langit tidak akan menurunkan air hujan setetes pun,
dan semua air di bumi akan mengering sehingga tidak ada satupun tumbuhan yang
hidup!”
Malaikat Jibril jadi kebingungan, sebanyak apa api neraka yang
aman untuk kehidupan di bumi? Karena itu ia berdoa: “Ya Allah, sebanyak apa api
neraka yang harus aku ambil untuk kebutuhan Adam di bumi?”
Allah Swt. berfirman: “Ambilkan api dari neraka sebesar zarrah
(satuan terkecil, atom).”
Maka Malaikat Jibril meminta api neraka kepada Malaikat Malik
sebesar zarrah dan membawanya ke bumi. Tetapi setibanya di bumi, Jibril
merasakan api yang sebesar zarrah itu masih terlalu panas, maka beliau
mencelupkan (membasuhnya) sebanyak tujuh puluh kali ke dalam tujuh puluh sungai
yang berbeda. Baru setelah itu beliau membawanya kepada Nabi Adam dan
meletakkannya di atas gunung yang tinggi.
Tetapi begitu api tersebut diletakkan, gunung tersebut hancur
berantakan. Tanah, batuan, besi dan semua saja yang ada di sekitar api itu
menjadi bara yang sangat panas, dan mengeluarkan asap. Bahkan api yang sebesar
zarrah itu terus masuk menembus bumi, dan hal itu membuat Malaikat Jibril
khawatir. Karena itu ia segera mengambil api tersebut dan membawanya kembali ke
neraka.
Bara terbakar yang ditinggalkan itulah yang sampai sekarang ini
menjadi sumber api dunia, termasuk yang menjadi magma-magma di semua gunung
berapi di bumi ini. Tidak bisa dibayangkan bagaimana panasnya api neraka
tersebut. Kalau bara api dunia itu umumnya berwarna merah, maka bara api neraka
itu berwarna hitam kelam, seperti hitamnya gelap malam.
Nabi Saw. pernah menanyakan tentang keadaan api neraka itu, maka
Malaikat Jibril berkata: “Sesungguhnya Allah Swt. menciptakan neraka, lalu
menyalakan api neraka itu selama seribu tahun sehingga (baranya) berwarna
merah. Kemudian (Allah) menyalakannya (menambah panasnya) selama seribu tahun
lagi sehingga (baranya) berwarna putih, dan (Dia) menyalakannya (menambah
panasnya) selama seribu tahun lagi sehingga (baranya) berwarna hitam. Maka
neraka itu hitam kelam seperti hitamnya malam yang sangat gelap pekat, tidak
pernah tenang kobaran apinya dan tidak pernah padam (berkurang) bara apinya.”
Sumber : http://bloginfo.heck.in/
Baca juga : goresantintasangperantau.blogspot.com
0 Response to "Api Dunia dalam Literatur Islam"
Post a Comment