Oleh: Sukri Abdullah
Ditengah malam yang
sepi, waktu menunjukkan pukul 02.00. Diluar sana bagaikan ditengah hutan belantara. Gak ada satupun
yang berlalu lalang. Jangankan kendaraan, binatang malam seperti Kelelawarpun
tidak ada satu yang terlihat, sepertinya mereka semua berada dalam sangkarnya.
Disekeliling semuanya sudah menghentikan seluruh aktivitasnya dan beristirahat
dengan nyenyak bagaikan hidup tanpa
beban.
Namun dikamar yang sepi dan kecil ini,
kuterbaring pasrah diatas tikar biru tanpa ranjang maupun kasur sambil menatap
langit-langit kamar yang kusam seakan menerawang jauh keluar angkasa. Sesekali
kupalingkan tubuhku ke kanan, kekiri, kemudian terlentang seperti semula.
Gelisah tidak bisa tidur, entah kenapa…..????
Dengan sadar kubangun dari tidur itu
dan kucoba mencari aktivitas agar bisa mmbuatku ngantuk biar bisa tidur, tapi
nyatanya tidak berhasil juga. Kucoba ke dapur dan kubuatkan secangkir kopi, ku nikmati
dengan sebatang rokok ClassMail didalam kamar itu sambil kusandarkan tubuh ini
ke dinding dengan perlahan.
Dinding kamar yang berdiri kokoh
berwarna putih kecoklatan dan kusam bagaikan kain putih yang baru saja
dicelupkan pada lumpur, karena sekian tahun rumah ini ditinggalkan oleh
pemiliknya dan tidak ada yang merawat / membersihkannya, dialah yang menjadi
saksi dan mengetahui hari-hariku dikamar ini.
Dalam sandaranku,
kuterdiam dan membisu sambil meneguk kopi dan sesekali menghirup asap rokok
yang mungkin tidak berguna ini.
Dalam lamunanku, kuteringat kampung
halamanku yang tercinta tempat kelahiranku, dimana tempat bermain dengan
teman-teman semasa kecil, tempat menghabiskan masa kanak-kanak dan remajaku,
dan tempat berkumpul serta tempat bersenda gurau dengan Mama dan keluarga.
Tapi….. tapi kini aku juah dari teman-teman sepermainanku dulu, jauh dari
keluarga, jauh dari Mama tercinta, jauh dari semuanya… kini semuanya itu hanya
tinggal kenangan. Ingin rasanya kembali dan berkumpul kayak dulu lagi. Tapi
kini aku jauh…. Jauh…. Dan jauh dari semuanya. Hanya dari kejauhan aku
menginginkannya, dari jauh aku mengharapkan, dan dari kejauhan pula aku
mengenangnya. Hanya tetesan airmatalah yang menjawab semua itu.
Dalam lamunan yang panjang, tiba-tiba
jari tengah dan telunjukku terasa panas dan panas sekali. Rasa panas itu
melenyapkan lamunanku. Dengan secepatnya kulihat kearah jariku yang panas itu,
ternyata rokok yang berada diantara kedua jari tersebut telah habis dimakan api
sampai ke puntungnya / sepahnya hingga membuat jari ini hampir ikut terbakar.
Kulirikkan mataku kearah Arloji yang
ada dipergelangan tanganku, tidak terasa ternyata waktu telah menunjukkan pukul
04.30. Dan tidak lama kemudian, terdengar suara Adzan pertanda telah tiba waktu
Shalat Shubuh.
Dengan perlahan dan tanpa ragu,
kubangkit dari sandaranku dan menuju kedapur untuk berwudhu dan melaksanakan
kewajibanku, yaitu Shalat. Dalam perjalanan memenuhi panggilan-NYA, aku mulai
bertemu dengan tetangga-tetangga dan
bersama-sama melaksanakan Shalat Shubuh secara berjama`ah.
Selesai Shalat, setiba dirumah,
kembali dikamar itu pikiranku terasa tenang, aman, damai seolah tidak ada apa
yang terjadi sebelumnya. Karena semalaman tidak tidur, kucoba rebahkan tubuh
ini kembali ke tikar itu.. dan tidak terasa aku mulai ngantuk dan akhirnya mata
ini terpejam lalu tertidur.
*****
0 Response to "DALAM LAMUNANKU MENGHADIRKAN KAMPUNG HALAMAN"
Post a Comment