Lamuru, 22 Februari 2014
“Perjalanan Hidup ku lalui dengan suka
dan duka, Tapi duka Ku jadikan hanya kata untuk Belajar, Karena Hidup kita
adalah pilihan dan Tua adalah kepastian”.
(21-02-1987)
Hidup
hanya satu kali. Panjang perjalanan hidup pun terbatas. Tak bisa diulang atau
diperpanjang. Itulah sebabnya, mengapa bagiku kesempatan menikmati pertambahan
usia saat ini menjadi suatu hal yang sangat istimewa. Istimewa, karena ternyata
sudah 27 tahun aku menjalani kehidupan ini. Sudah 27 tahun aku diberi
kesempatan menikmati dunia ini dengan segenap riak-riaknya.
21
Februari 1987, Allah mengaruniakan kesempatan bagiku untuk menikmati kehidupan
dengan segala warna-warninya. Di pinggiran desa Bale kec. Oba prop. Maluku
utara dan ditengah keluarga yang sederhana Allah menitipkanku untuk bertumbuh
dan menjadi salah satu pelaku dalam skenario kehidupan yang dirancang-Nya. Bak
sebatang pohon, aku tumbuh. Bak seokor burung aku belajar terbang mengarungi
langit. Bak seorang actor aku memainkan peran dalam ruang dan waktu dimana Dia
menitipkanku untuk mewarnai setiap alur cerita yang disutradarai-Nya. Kadang
pohon itu harus berhadapan dengan angin sepoi-sepoi yang begitu menyejukkan,
walau kadang rantingnya harus patah bahkan batangnya tumbang diterpa deru angin
yang membahana. Kadang burung kecil itu harus jatuh ketika dia belajar terbang
mengitari luasnya cakrawala dan kadang dalam ketegarannya dia mampu menaklukkan
setiap tiupan angin yang menghantam. Kadang, actor yang tak ternama itu harus
memainkan peran utamanya dengan terbata-bata, walau kadang kala ia hanya tampil
sebagai figuran yang hanya dipakai untuk peran yang sama sekali tak menghibur.
Semua itu sungguh istimewa bagiku karena pada kenyataannya aku mampu tetap hidup
dan mewarnai kehidupan hingga saaat ini.
Dalam
hidup dan dalam tugas mewarnai kehidupan itu, semakin aku menyadari bahwa Dia
menginginkanku terus bertumbuh. Bertumbuh tidak hanya untuk menjadi pelengkap
tapi mengambil peran yang sungguh amat penting. Akan tetapi, semakin aku
berupaya untuk menghayati keinginan-Nya itu, jiwaku senantiasa dituntuntun pada
sebuah pertanyaan: “sudah berapa banyak hati yang tersakiti ? Apa saja yang
sudah kuberikan untuk Agamaku ?, untuk Tuhanku ?, untuk kedua orangtua yang mencintaiku?”.
Sungguh, pertanyaan itu tetap menjadi misteri yang tak pernah terpecahkan
sampai 27 tahun kujalani kehidupan ini. Bak sebatang pohon, aku hanya sebatang
pohon kecil, bak seekor burung, aku nyatanya bukanlah burung rajawali. Bak
seorang actor, aku hanyalah actor yang tak selalu menyadang peran utama.
Terimakasih
Ya Allah, atas hidup yang masih Kau biarkan ada padaku. Terimakasih buat
seluruh insan yang masih Kau biarkan terus mendampingiku dalam menjalani lautan
luas kehidupan ini. Tuntun aku untuk mampu mensyukuri limpahan berkat yang
masih Kau biarkan menghampiriku….
Kini
saatnya menyambut lembaran baru. aku berharap di sisa umurku nanti aku harus
menjadi lebih dewasa, lebih mandiri, harus lebih mempersiapkan masa depan,
mempersiapkan bekal akhirat, dan bisa membahagiakan kedua orang tuaku, dan
semuanya itu dengan bimbinganMu ya Allah.
Terima
kasih kepada keluarga, teman dan semuanya yang telah mengucapkan selamat dan
mendoakanku baik itu lewat media social (fb, twitter, skype, sms) ataupun yang
langsung. Aku juga berdoa semoga kalian mendapatkan yang lebih dari apa yang
kalian doakan untukku. Terima kasih sekali lagi…
Dan
terakhir pintaku di umurku yang ke 27 tahun ini aku di berikan kemudahan dalam
menuntut ilmu, di berikan kepintaran, permudahlah hamba dalam mengarungi hidup
ini.
*******