21 Februari 2012 pukul 17:36·
Tepat hari
ini, Selasa, 21 Februari 2012, 25 tahun
yang lalu Allah SWT memperkenankan salah seorang hamba-Nya untuk menikmati
kehidupan di luar alam rahim untuk pertama kalinya. Ya, 21 Februari merupakan hari
paling bersejarah dalam hidupku. Inilah saat pertama kali aku lahir ke muka
bumi. Inilah saat pertama kali aku menghirup udara di alam raya ini, setelah
sebelumnya ruang hidupku hanya berbatas dinding-dinding perut ibuku.
Sebuah nikmat tak
terperikan yang telah dianugerahkan Allah kepadaku. Aku terpilih menjadi salah
satu duta-Nya untuk mengemban misi kekhalifahan di muka bumi ini. Nikmat yang
tidak cukup sekedar disyukuri dengan
kata-kata, tentunya. Nikmat yang harus terus dibuktikan dengan tindakan nyata,
berupa pengabdian serta penghambaan sepanjang hayat masih di kandung badan.
Alangkah
sombongnya manusia, ketika anugerah berupa keberkenanan Allah untuk memberinya
kesempatan hidup di dunia ini tidak dianggap sebuah nikmat yang harus disyukuri.
Betapa angkuhnya manusia, ketika ia tidak menyadari bahwa kehadirannya di muka
bumi ini adalah atas izin dan kehendak-Nya. Padahal, sejumlah firman-Nya
menyebutkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di muka bumi ini, kecuali
telah Allah tuliskan (tetapkan) sebelumnya.
Maka, sebagai
ciptaan (makhluk)-Nya yang telah diberi kesempatan untuk menikmati indahnya dunia dengan segala
fasilitas yang diberikan oleh-Nya, sudah selayaknya aku mensyukuri semua ini
dengan membuktikan bakti dan pengabdianku pada-Nya.
Kini,
bertambahnya usia, yang pada hakekatnya berkurangnya jatah waktu hidupku di
alam fana ini, ingin aku isi dengan hal-hal positif sesuai dengan yang telah
digariskan-Nya dalam Kitab suci Al-Quran, dan juga melalui sabda-sabda
Nabi-Nya, yakni Muhammad Saw.
Aku ingin menjadi
orang yang lebih baik dari sebelumnya. Aku ingin menjadi lebih bermanfaat, bagi
diriku sendiri dan orang lain. Aku ingin setiap kehadiranku, di mana pun aku
berada mampu memberikan nilai positif pada sekelilingku. Bertambah usia, bukan
untuk dirayakan dengan hal-hal kontraproduktif, yang justru melenakan dari
makna hakiki serta esensi pertambahan usia. Bertambah usia, tidak untuk
dijadikan kesempatan merasa ‘lebih’ dari orang lain. Tetapi, pertambahan usia
hendaknya dijadikan sarana untuk merefleksi, introspeksi diri atas apa yang
telah diperbuat selama ini. Apakah rentang kehidupan yang telah dijalani lebih
bernilai positif, ataukah justru sebaliknya? Apakah selama diberi kesempatan
hidup hingga saat ini, sudah dimanfaatkan untuk beramal sholih atau tidak?
Berapa pun
lamanya usia hidup kita, berapa pun panjangnya umur kita, tidak akan berarti
apa-apa ketika tidak diisi dengan serangkaian aktivitas positif (amal sholih).
Rasulullah SAW pernah memberikan statemen: “Sebaik-baik manusia adalah yang
diberi umur panjang dan diisi dengan amal sholih. Dan seburuk-buruk manusia
adalah yang diberi umur panjang dan umurnya dihabiskan untuk hal-hal negatif”.
Untuk itu,
berkaitan dengan upaya mensyukuri pertambahan usia, yang kini sudah menginjak
angka 25 ini, saya memohon kepada Allah SWT untuk selalu diberi keteguhan hati,
kesabaran jiwa dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia yang penuh dengan
godaan ini, agar senantiasa berada di jalan-Nya. Aku memanjatkan doa kepada-Nya
agar sisa umur yang entah masih berapa lama lagi bisa aku manfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Aku ingin terus menunjukkan pengabdianku pada-Nya, baktiku pada
kedua orang tuaku, serta menebar kebaikan kepada sesama, sebagai ladang amal,
investasi akhirat yang kelak akan aku tuai hasilnya di hadapan-Nya.
Semoga
bertambahnya usia ini menjadikan aku lebih baik dari sebelumnya dalam segala
hal. Amiin..Ya Rabbal ‘Alamin…
0 Response to "“GORESAN ULTAHKU”"
Post a Comment